late posting..
Gelap yang tenang ,tanpa suara. Cuma bunyi keypad handphone ini dan jarum detik jam yang berbunyi. Dingin,seperti biasa.. Menguak memori-memori terdahulu. Tapi enggan aku buka terlalu jauh.. Dan dari earphone mengalun lagu nya Jessie J - Who You Are yang entah kenapa punya makna sendiri-Ngingatin siapa kita sebenarnya- menurutku ..
Aku seharian di rumah nonton dvd, baca novel. Udah dua film yang habis kutonton hari ini dan satu novel berjudul "Remember When" karya Winna Effendi. Cerita nya tentang masa SMA. Tentang persahabatan dan percintaan (tentunya). Entah kenapa, novel-novel yang aku baca selalu menggambarkan cerita yang sangat diidamkan orang, dan dialami hampir sebagian orang di dunia ini. Tapi tidak padaku.. Hhhmm haruskah aku mengeluh? Tidak. Aku bukannya mengeluh, tapi entah kenapa ada sedikit penyesalan. Mengapa cerita SMA ku jauh dengan cerita di film maupun di novel? Ya,memang karena sebagian dari mereka adalah fiksi dan dikarang bebas oleh penulisnya. Dan aku adalah penulis di kisah hidupku.. Haruskah aku menulis ulang dan kembali ke 5th lalu saat aku mulai memilih-milih SMA?
Novel karya Winna Effendi mengajarkan aku tentang satu hal. Maaf dan Penyesalan. Bukan salah kita jika kita mempunyai perasaan terhadap orang lain selain pacar kita yang tidak bisa kita tepis. Bahkan disaat hubungan kita baik-baik saja. Bukan kita yang salah, bukan juga cinta. Tapi waktu.. Ya , waktu akan selalu menjadi saksi setiap apa yang kita lakukan di dunia ini.
Bukannya kita tidak sayang, dan menjadi manusia paling egois. Tetapi karena perasaan nyaman itu datang tidak pada saat yang tepat, bahkan pada orang yang salah. Musuh besar suatu hubungan adalah kejenuhan. Kebosanan -yang juga aku alami beberapa bulan yang lalu- dengan hubunganku..
Bohong ,salah satu cara mengatasinya tapi bukan cara yang tepat. Dan Jujur adalah jalan keluar satu-satunya yang tidak akan membuatmu menyesal dan mimpi buruk setiap malamnya.. Kejujuran sangat mahal harganya, dan butuh keberanian yang sangat besar untuk melakukannya. Gak semua orang bisa berkata jujur. Sebagian orang memilih untuk tetap menjalani hubungan pada titik kejenuhan dan melakukan kebohongan-kebohongan kecil yang semakin lama semakin membesar. Dan hanya berujung penyesalan. Gak semua orang berani mengambil keputusan untuk mengakhiri dan menemukan jalan masing-masing setelahnya..
Ya, kita telah berjalan masing-masing sekarang. Berpura-pura tidak tahu satu sama lain saat berpapasan. Bertegur sapa pada teman "kita" tetapi tidak menatap satu sama lain. Hanya melirik saat satu sama lain meninggalkan tempat masing-masing. Berusaha 'melupakan' yang pernah ada.. (Padahal bukan ini sebenarnya yang aku inginkan) Tapi, semua ini bukan tergantung apa yang aku inginkan, tetapi bagaimana ini menjadi terbaik bagi kita berdua .
Mungkin salah paham mu terlalu besar pada masalah kita. Menutup mata dan telinga tanpa menoleh dan mendengar sedikit dari penjelasanku. Atau mungkin kamu sudah melupakan semuanya. Mungkin kamu berfikir aku sudah berbahagia dan tidak butuh kamu sedikit pun dalam hidupku. Aku memang bahagia. Tetapi kebahagiaanku bukan bahagia karena mencoba menyayangi orang lain. Bukan juga aku mengakui ini karena aku disakiti oleh orang lain. Tetapi karena memang kamu punya ruang tersendiri, yang belum pernah kubuka lagi. Sudah kukatakan, salah pahammu terlalu besar. Aku bahagia karena menemukan caraku sendiri untuk berbahagia. Apakah kamu sudah mencobanya? Aku harap sudah.
Banyak pertanyaan sebenarnya yang ingin aku lontarkan kepadamu setiap bertemu, bukan dengan cara tidak kenal satu sama lain. Tetapi mungkin inilah caramu bahagia, tidak mengenalku. Kuharap ini bukan rindu , ini hanya guratan kecil karena terlintas dipikiranku sebentar. Tentang kamu, tentang kita. Begitu mudahnya Tuhan membolak-balikan keadaan. Sehingga selama setengah tahun ini, banyak sekali yang aku alami. Dan kuharap sekali lagi, salah pahammu yang terlalu besar itu akan sedikit mengurang. Aku tidak butuh terlihat baik di depanmu, aku hanya ingin kita saling menghargai sebagai dua orang yang pernah saling menyayangi.
Mungkin memang keadaan sekarang yang aku butuhkan , tenang. Sehingga aku dapat berfikir jernih tentang apa yang akan aku lakukan ke depan. Aku punya waktu tersendiri bagi diriku, tidak sibuk memikirkan orang lain. Bersyukur mempunyai Ibu yang hebat yang mau membiayai semua perjalanku ke sini. Bersyukur mempunyai Ibu yang mengerti dan mendukung aku dalam keadaan apapun. Mungkin sesekali beliaulah yang harus mencoba keadaan seperti ini. Beliau sangatlah lelah, dan aku sangat tahu itu.
Dan untuk kamu , aku hanya ingin meminta maaf dan berterima kasih. Atas semuanya. Tak perlu ditulis di sini karena kita sama-sama tahu. Cukup kita yang tahu. Dan satu-satunya yang kuinginkan darimu adalah kebahagianmu. Kita tidak cukup berbahagia jika terus bersama. Entah sampai kapan skenario 'tidak-kenal-satu-sama-lain' itu berakhir. Tapi, aku benar-benar meminta maaf, dan tidak akan pernah menyesal dengan apa yang terjadi di antara kita.. Karena kufikir itu memang takdir yang Tuhan buat untuk kita, kita bertemu untuk waktu yang tidak sebentar di separuh perjalanan hidup kita dan kita berpisah.. Entah kapan bertemu lagi untuk orang yang saling mengenal.
Banyak pelajaran yang aku ambil ,padahal baru 3hari disini. Tapi memang aku butuh bacaan yang membuatku belajar. Yang bisa aku mengerti. Aku harap kedepannya akan semakin mudah dan baik-baik saja. Rindu itu ada, tapi aku sedang mengakumulasikannya sampai aku sampai di sana. Dan biarkan rindu itu meluap seperti bom waktu. Dan satu lagi yang aku dapat dari novel itu "menjadikan seseorang prioritas untuk hidup bersama atau tidak bisa hidup tanpa mereka tergantung dari perspektif kita masing-masing" Dan aku akan mengubahnya...
Aku seharian di rumah nonton dvd, baca novel. Udah dua film yang habis kutonton hari ini dan satu novel berjudul "Remember When" karya Winna Effendi. Cerita nya tentang masa SMA. Tentang persahabatan dan percintaan (tentunya). Entah kenapa, novel-novel yang aku baca selalu menggambarkan cerita yang sangat diidamkan orang, dan dialami hampir sebagian orang di dunia ini. Tapi tidak padaku.. Hhhmm haruskah aku mengeluh? Tidak. Aku bukannya mengeluh, tapi entah kenapa ada sedikit penyesalan. Mengapa cerita SMA ku jauh dengan cerita di film maupun di novel? Ya,memang karena sebagian dari mereka adalah fiksi dan dikarang bebas oleh penulisnya. Dan aku adalah penulis di kisah hidupku.. Haruskah aku menulis ulang dan kembali ke 5th lalu saat aku mulai memilih-milih SMA?
Novel karya Winna Effendi mengajarkan aku tentang satu hal. Maaf dan Penyesalan. Bukan salah kita jika kita mempunyai perasaan terhadap orang lain selain pacar kita yang tidak bisa kita tepis. Bahkan disaat hubungan kita baik-baik saja. Bukan kita yang salah, bukan juga cinta. Tapi waktu.. Ya , waktu akan selalu menjadi saksi setiap apa yang kita lakukan di dunia ini.
Bukannya kita tidak sayang, dan menjadi manusia paling egois. Tetapi karena perasaan nyaman itu datang tidak pada saat yang tepat, bahkan pada orang yang salah. Musuh besar suatu hubungan adalah kejenuhan. Kebosanan -yang juga aku alami beberapa bulan yang lalu- dengan hubunganku..
Bohong ,salah satu cara mengatasinya tapi bukan cara yang tepat. Dan Jujur adalah jalan keluar satu-satunya yang tidak akan membuatmu menyesal dan mimpi buruk setiap malamnya.. Kejujuran sangat mahal harganya, dan butuh keberanian yang sangat besar untuk melakukannya. Gak semua orang bisa berkata jujur. Sebagian orang memilih untuk tetap menjalani hubungan pada titik kejenuhan dan melakukan kebohongan-kebohongan kecil yang semakin lama semakin membesar. Dan hanya berujung penyesalan. Gak semua orang berani mengambil keputusan untuk mengakhiri dan menemukan jalan masing-masing setelahnya..
Ya, kita telah berjalan masing-masing sekarang. Berpura-pura tidak tahu satu sama lain saat berpapasan. Bertegur sapa pada teman "kita" tetapi tidak menatap satu sama lain. Hanya melirik saat satu sama lain meninggalkan tempat masing-masing. Berusaha 'melupakan' yang pernah ada.. (Padahal bukan ini sebenarnya yang aku inginkan) Tapi, semua ini bukan tergantung apa yang aku inginkan, tetapi bagaimana ini menjadi terbaik bagi kita berdua .
Mungkin salah paham mu terlalu besar pada masalah kita. Menutup mata dan telinga tanpa menoleh dan mendengar sedikit dari penjelasanku. Atau mungkin kamu sudah melupakan semuanya. Mungkin kamu berfikir aku sudah berbahagia dan tidak butuh kamu sedikit pun dalam hidupku. Aku memang bahagia. Tetapi kebahagiaanku bukan bahagia karena mencoba menyayangi orang lain. Bukan juga aku mengakui ini karena aku disakiti oleh orang lain. Tetapi karena memang kamu punya ruang tersendiri, yang belum pernah kubuka lagi. Sudah kukatakan, salah pahammu terlalu besar. Aku bahagia karena menemukan caraku sendiri untuk berbahagia. Apakah kamu sudah mencobanya? Aku harap sudah.
Banyak pertanyaan sebenarnya yang ingin aku lontarkan kepadamu setiap bertemu, bukan dengan cara tidak kenal satu sama lain. Tetapi mungkin inilah caramu bahagia, tidak mengenalku. Kuharap ini bukan rindu , ini hanya guratan kecil karena terlintas dipikiranku sebentar. Tentang kamu, tentang kita. Begitu mudahnya Tuhan membolak-balikan keadaan. Sehingga selama setengah tahun ini, banyak sekali yang aku alami. Dan kuharap sekali lagi, salah pahammu yang terlalu besar itu akan sedikit mengurang. Aku tidak butuh terlihat baik di depanmu, aku hanya ingin kita saling menghargai sebagai dua orang yang pernah saling menyayangi.
Mungkin memang keadaan sekarang yang aku butuhkan , tenang. Sehingga aku dapat berfikir jernih tentang apa yang akan aku lakukan ke depan. Aku punya waktu tersendiri bagi diriku, tidak sibuk memikirkan orang lain. Bersyukur mempunyai Ibu yang hebat yang mau membiayai semua perjalanku ke sini. Bersyukur mempunyai Ibu yang mengerti dan mendukung aku dalam keadaan apapun. Mungkin sesekali beliaulah yang harus mencoba keadaan seperti ini. Beliau sangatlah lelah, dan aku sangat tahu itu.
Dan untuk kamu , aku hanya ingin meminta maaf dan berterima kasih. Atas semuanya. Tak perlu ditulis di sini karena kita sama-sama tahu. Cukup kita yang tahu. Dan satu-satunya yang kuinginkan darimu adalah kebahagianmu. Kita tidak cukup berbahagia jika terus bersama. Entah sampai kapan skenario 'tidak-kenal-satu-sama-lain' itu berakhir. Tapi, aku benar-benar meminta maaf, dan tidak akan pernah menyesal dengan apa yang terjadi di antara kita.. Karena kufikir itu memang takdir yang Tuhan buat untuk kita, kita bertemu untuk waktu yang tidak sebentar di separuh perjalanan hidup kita dan kita berpisah.. Entah kapan bertemu lagi untuk orang yang saling mengenal.
Banyak pelajaran yang aku ambil ,padahal baru 3hari disini. Tapi memang aku butuh bacaan yang membuatku belajar. Yang bisa aku mengerti. Aku harap kedepannya akan semakin mudah dan baik-baik saja. Rindu itu ada, tapi aku sedang mengakumulasikannya sampai aku sampai di sana. Dan biarkan rindu itu meluap seperti bom waktu. Dan satu lagi yang aku dapat dari novel itu "menjadikan seseorang prioritas untuk hidup bersama atau tidak bisa hidup tanpa mereka tergantung dari perspektif kita masing-masing" Dan aku akan mengubahnya...

Komentar
Posting Komentar